Tuesday, October 22, 2013

tentang nama

Dulu, waktu saya masih kecil, saya sempat merasa tidak terima atas konstanta nama yang mereka alamatkan pada saya. Salmuasih. Nama macam apa ini? Teman-teman saya namanya bagus-bagus, ada yang Novi, Doni, Dian, Eka, Tika, Emi, Veli dan yang terpenting—yang membuat saya lebih tidak terima lagi—nama mereka terdiri dari dua suku kata.Ya. Dua. Dua atau tiga suku kata. Itu hal yang luar biasa. Bagi saya. Waktu itu.

Saya sempat berfikir, apakah orangtua saya ga pernah buka google atau buka link namabayiimut.com atau namabayikeren.com atau apalah *cerdas banget loe. gePLAK!. 
Apakah sebegitu ndeso dan tidak kreatifkah orangtua saya, sehingga terbersit untuk membuat nama yang terdiri dari “dua suku kata” pun tidak. Bahkan akhir-akhir ini saya baru tahu bahwa, bukan mereka yang memberi saya nama, tapi nenek saya. Pantes. Pantes banget. Nenek saya kan referensinya ga banyak. Ga pernah buka internet, ga pernah ke perpus, ga pernah baca majalah, ga pernah baca koran—tapi saya bersyukur karena nenek saya ga pernah baca koran, jadi nama saya ga mirip sama nama koruptor, dan karena beliau ga bisa membaca, tapi pinter banget kalo baca duit *yang ini nurun ke saya :D*—

Beneran. Tapi ga tau kenapa nenek saya selalu jadi referensi nama, kayak bank nama gitu, waktu itu sih. Nih ya, nama nama yang sudah berhasil beliau ciptakan. Nama anak-anaknya Pak Kaspar à Kasmiasih, Kasirah, Kasilah, eh, satunya lupa. Nama anak-anaknya Pak Kasikin à Kasturiyah, selebihnya ga tau, ada 2 lagi. Nama anak-anak nya sendiri à Kasno, Saesih, Samsiyah, Sarmugi, Saryani, Setiowati. Oya by the way, nenek ku itu namanya Kasemi, empat bersaudara sama Kaspar, Kasikin dan Kasini. Unik ya, kayak pantun gitu nama keluarganya. *tadi mau ngomongin apa sih?

Balik lagi ke topik utama. Nah ada lagi kejadian yang membuat saya minder, ceritanya ada anak baru di kelas 3 SD, pindahan gitu. Dari kota bro. Dari kota. Dari dulu kan saya emang pengen banget ke kota. Dia pindah karena bapak ibunya udah ga ada, jadi disini dititipin gitu sama pamannya. Kalian tahu namanya siapa? Riska. Riska R*siana S*larno. Namanya bagus bangeeeeett. Dan S*larno adalah nama bapaknya. Kota banget kan? Secara orang kota kan kalo ngasih nama, ada embel-embel nama keluarga di belakangnya. Pengeeeeen punya nama kayak gitu. Tapi setelah saya coba untuk me-match-kan sedemikian rupa antara nama saya dan nama bapak saya, ternyata emang ga cocok sama sekali kawan. *sudahlah jangan bermimpi lagi nak..terimalah*

Setelah masuk SMP, kalian tahu? Ternyata nama teman-teman SMP tuh lebih banyak lagi yang bagus. Ada Brian, Yosi, Febri, Okta, Nurul, banyak deh. Tapi ada juga yang tidak terdengar bagus sih.. Apalagi setelah masuk SMK, wuih! Teman-teman saya cewe semua! *ya iya lah, SMK Bismen..dan TIK*. Trus apa hubungannya sama nama yang tadi? Sudahlahlah, intinya gitu. Oya intinya saya sudah mulai bisa menerima nama yang identik dengan saya itu. Sekian. Belom belooom..WOOIIII!!

Nah setelah saya kuliah, saya kan udah mulai dewasa tuh. Sudah banyak belajar dari orang sekitar, dari lingkungan sekitar, dari rumput yg bergoyang, pokoknya belajar dari apa saja, termasuk dari film *Gubrak! Bilang kek dari tadi kalo kerjaaannya nonton!*

Jadi setelah saya telaah dengan sangat cermat dan mendalam, tenyata nama Sal bukanlah nama yang memalukan. Dia melekat pada nama anak seorang Angelina Jolie, nama pemeran pria di sebuah film Holywood yang saya lupa judulnya, pada nama orang-orang Eropa—Salvatore, dll—, pada selokan pengairan—SAL. Waduk bla bla bla—, pada tiang listrik—SAL.BUNTU— *Huks*


Ya intinya saya sudah menyadari bahwa nama saya keren dan unik. Titik. Bye.. Ga boleh protes!


1 comment:

  1. baru tahu deh isi kepala sal :D, ternyata "gokil" juga ya...

    ReplyDelete