Nikmat yang sering kita lupa untuk bersyukur adalah nikmat
waktu. Waktu ashar, duha, malam, Allah sediakan waktu-waktu itu, sehingga kita
memahami mengapa ada pergantian waktu. Bahkan kita diberi jeda, ada subuh,
dhuhur, ashar, maghrib, isya, agar kita berfikir, sudah optimalkah kita
memanfaatkan waktu.
Dalam manajemen waktu, prinsip yang terpenting adalah “al
waktu huwal hayah” à “waktu adalah hidup ”. Menyia-nyiakan waktu, sama
dengan menyia-nyiakan hidup itu sendiri. Tapi kenyataannya adalah bukan kita
tidak tahu, tapi bingung mau memulai dari mana.
Walaupun pada dasarnya bukan bingung mau mulai dari mana, tapi karena ketidakjelasan target-target hidup.
Walaupun pada dasarnya bukan bingung mau mulai dari mana, tapi karena ketidakjelasan target-target hidup.
Tapi setelah diajari untuk membuat target hidup, muncul
pertanyaan :
“Bagaimana Kalo gagal?”
Kenapa tidak :
“Bagaimana kalo berhasil?”
“Bagaimana cara berhasil?”
Nah itu godaan syetan, membuat kita tidak optimis dan
ragu-ragu.
Ada 2 poin penting, sebagai derivasi / turunan dari “al
waktu huwal hayah” :
Kita punya visi misi hidup tidak?
Bicara soal visi misi, kita bicara soal masa depan, bukan
masa lalu. Baik itu umur anda 15, 16, 17, 18, 19, 20, 30, sampai 40. Tetep Kita
tidak bisa kembali ke masa lalu. Yang membuat kita menjadi maju adalah kita
melihat ke masa depan. Tapi kadang-kadang tidak semua orang bisa ikhlas dan
memaafkan masa lalunya. Ini membuat
emosi negatif dalam diri, sehingga membuat sakit, lelah hati dan fisik. Makanya
kadang ada orang yang stres terus sakit maag, stress terus jerawatan,
psikosomatis.
Ada orang yg punya visi misi hidup, tapi merasa ada yg
kurang. Jawabannya hanya satu, dia belum ikhlas dg masa lalunya. Makanya kita
dilarang berandai-andai “Kalo saja dulu aku begini.. Kalo saja dulu begitu..”. Tempat
yg paling jauh adalah masa lalu, tempat yg paling dekat adalah masa depan. Karena
tidak ada kendaraan yg mampu menjangkaunya.
Kalo visi misinya semakin jelas, tinggal kita pusatkan
energi kita untuk mencapainya. Karena Allah itu sesuai persangkaan hambanya. Jadi
sebenernya ini masalah aqidah. Makanya janga heran kalo orang bertaqwa (beriman)
diberi rizki dari tempat yang tidak disangka-sangka, karena prasangkanya kepada
Allah sangat luar biasa. Benar-benar berharap kepada Allah dengan ikhtiyar.
Masalah diri sendiri, Habbit
Contoh paling gampang, ada orang yang mempercepat jam
dinding, jam tangannya, karena sudah biasa telat dan biar ga telat. Tapi ini membohongi
diri sendiri. Mbok ya seperti orang Jepang islaminya dalam manajemen waktu.
Energi untuk jiwa sebenarnya jauh
lebih lebih besar maknanya daripada energi fisik. Tapi sayangnya refreshingnya
orang Indonesia hanya hiburan (musik, multimedia, dll), makan, dan tidur . Coba
sekali-kali sepedaan, jalan-jalan, masuk kampung, beli oleh-oleh sambil jalan.
Refreshing sambil olahraga.
Ada ga orang yang tidurnya 6 jam
sehari semalem tapi tetep lemes? Tapi ada ga orang yang tidurnya hanya 3 jam sehari
tapi tetep seger buger? Tergantung persepsi.
Hati-hati dengan nonton, itu
dapat meracuni, karena semua gambar, warna, tulisan itu sangat mempengaruhi
otak kita. Bukankah kita lebih cepat hafal wajah dibanding nama? Karena nama
masuk ke otak kiri (short term memory),
dan wajah masuk ke otak kanan (long term
memory).
10 tahun pertama, lingkungan
keluarga sangat mempengaruhi seseorang dalam menghargai waktu. Cara orangtua
berkomunikasi dengan anak terinstall dengan baik di umur 1-10 tahun. Libatkan
Allah dalam setiap komunikasi dengan anak. Sehingga anak tidak akan menyesal
ketika besar nanti, karena selalu melibatkan Allah dalam setiap keputusannya. Bayangkan
ketika orangtua mengajarkan disiplin, tapi orangtuanya tidak disiplin. Ini sama
saja mengajarkan munafik.
Masuk ke umur 10 tahun ke-2--usia
belasan selesai di 20 th, teen = belasan-- apa yg terjadi? Ini sudah ada reward
and punishment. Tapi disini tidak hanya sanksi, tapi soal pembiasaan. Ajarkan
sholat di usia 7 th, pisahkan tempat tidur di usia 10 th, pukul jika ga mau
sholat.
Ada seorang anak putri, SMP,
cerita ke ibunya. “Bu, tadi aku boncengan sama temen lawan jenis, aku tahu Ibu
ga kasih ijin, tapi aku ga bohong lho sama Ibu, itu karena aku terpaksa Bu.” Si
ibu menjawab “Terus apa yang terjadi nak?”. “Terus aku jajan di pinggir jalan
dan sakit perut”. Ibu “Itu karena kamu kuwalat sama Ibu nak”
Ini seolah-olah si ibu
menggantikan posisi Tuhan.
Coba si ibu menjawab “Nak, kamu
sakit perut mungkin karena kamu jajan sembarangan. Tapi kalau Allah tidak
menghendaki kamu sakit, kamu ga akan sakit, Allah akan tambah antobodi kamu. Kamu
sakit mungkin Allah ingin menggugurkan dosamu, mungkin kamu ada dosa waktu itu
yang perlu dihapus”. “Iya Bu, aku ga ijin sama Ibu, tapi aku ga bohong kan?”. “Iya
kamu tidak bohong, makanya Ibu hargai kejujuranmu”.
Kenapa anak suka bohong? Karena jujurpun
anak dimarahi. Adakah diskusi yg intens antara orangtua dan anak?Ada model
orangtua Top-down, dimana orangtua adalah komandan. Atau orangtua liberal,
terserah anak mau melakukan apa, resiko tanggung sendiri.
Jadi sebenarnya masalah manajemen
waktu adalah masalah klasik, masalah action. Jadi harus segera action dan
fokus, kebanyakan orang Indonesia banyak tahu, tapi tidak tahu banyak. Karena
tidak fokus.
Sumber : Kajian Rutin Pagi Hari
Pembicara : Abah Lilik 08112541400
No comments:
Post a Comment