Saturday, September 14, 2013

Manajemen Waktu

Nikmat yang sering kita lupa untuk bersyukur adalah nikmat waktu. Waktu ashar, duha, malam, Allah sediakan waktu-waktu itu, sehingga kita memahami mengapa ada pergantian waktu. Bahkan kita diberi jeda, ada subuh, dhuhur, ashar, maghrib, isya, agar kita berfikir, sudah optimalkah kita memanfaatkan waktu.
Dalam manajemen waktu, prinsip yang terpenting adalah “al waktu huwal hayah” à “waktu adalah hidup ”. Menyia-nyiakan waktu, sama dengan menyia-nyiakan hidup itu sendiri. Tapi kenyataannya adalah bukan kita tidak tahu, tapi bingung mau memulai dari mana.
Walaupun pada dasarnya bukan bingung mau mulai dari mana, tapi karena ketidakjelasan target-target hidup.

Tapi setelah diajari untuk membuat target hidup, muncul pertanyaan :
“Bagaimana Kalo gagal?”
Kenapa tidak  :
“Bagaimana kalo berhasil?”
“Bagaimana cara berhasil?”
Nah itu godaan syetan, membuat kita tidak optimis dan ragu-ragu.

Ada 2 poin penting, sebagai derivasi / turunan dari “al waktu huwal hayah” :

Kita punya visi misi hidup tidak?

Bicara soal visi misi, kita bicara soal masa depan, bukan masa lalu. Baik itu umur anda 15, 16, 17, 18, 19, 20, 30, sampai 40. Tetep Kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Yang membuat kita menjadi maju adalah kita melihat ke masa depan. Tapi kadang-kadang tidak semua orang bisa ikhlas dan memaafkan masa lalunya.  Ini membuat emosi negatif dalam diri, sehingga membuat sakit, lelah hati dan fisik. Makanya kadang ada orang yang stres terus sakit maag, stress terus jerawatan, psikosomatis.

Ada orang yg punya visi misi hidup, tapi merasa ada yg kurang. Jawabannya hanya satu, dia belum ikhlas dg masa lalunya. Makanya kita dilarang berandai-andai “Kalo saja dulu aku begini.. Kalo saja dulu begitu..”. Tempat yg paling jauh adalah masa lalu, tempat yg paling dekat adalah masa depan. Karena tidak ada kendaraan yg mampu menjangkaunya.

Kalo visi misinya semakin jelas, tinggal kita pusatkan energi kita untuk mencapainya. Karena Allah itu sesuai persangkaan hambanya. Jadi sebenernya ini masalah aqidah. Makanya janga heran kalo orang bertaqwa (beriman) diberi rizki dari tempat yang tidak disangka-sangka, karena prasangkanya kepada Allah sangat luar biasa. Benar-benar berharap kepada Allah dengan ikhtiyar.

Masalah diri sendiri, Habbit
Contoh paling gampang, ada orang yang mempercepat jam dinding, jam tangannya, karena sudah biasa telat dan biar ga telat. Tapi ini membohongi diri sendiri. Mbok ya seperti orang Jepang islaminya dalam manajemen waktu.

Energi untuk jiwa sebenarnya jauh lebih lebih besar maknanya daripada energi fisik. Tapi sayangnya refreshingnya orang Indonesia hanya hiburan (musik, multimedia, dll), makan, dan tidur . Coba sekali-kali sepedaan, jalan-jalan, masuk kampung, beli oleh-oleh sambil jalan. Refreshing sambil olahraga.

Ada ga orang yang tidurnya 6 jam sehari semalem tapi tetep lemes? Tapi  ada ga orang yang tidurnya hanya 3 jam sehari tapi tetep seger buger? Tergantung persepsi.

Hati-hati dengan nonton, itu dapat meracuni, karena semua gambar, warna, tulisan itu sangat mempengaruhi otak kita. Bukankah kita lebih cepat hafal wajah dibanding nama? Karena nama masuk ke otak kiri (short term memory), dan wajah masuk ke otak kanan (long term memory).

10 tahun pertama, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi seseorang dalam menghargai waktu. Cara orangtua berkomunikasi dengan anak terinstall dengan baik di umur 1-10 tahun. Libatkan Allah dalam setiap komunikasi dengan anak. Sehingga anak tidak akan menyesal ketika besar nanti, karena selalu melibatkan Allah dalam setiap keputusannya. Bayangkan ketika orangtua mengajarkan disiplin, tapi orangtuanya tidak disiplin. Ini sama saja mengajarkan munafik.

Masuk ke umur 10 tahun ke-2--usia belasan selesai di 20 th, teen = belasan-- apa yg terjadi? Ini sudah ada reward and punishment. Tapi disini tidak hanya sanksi, tapi soal pembiasaan. Ajarkan sholat di usia 7 th, pisahkan tempat tidur di usia 10 th, pukul jika ga mau sholat.

Ada seorang anak putri, SMP, cerita ke ibunya. “Bu, tadi aku boncengan sama temen lawan jenis, aku tahu Ibu ga kasih ijin, tapi aku ga bohong lho sama Ibu, itu karena aku terpaksa Bu.” Si ibu menjawab “Terus apa yang terjadi nak?”. “Terus aku jajan di pinggir jalan dan sakit perut”. Ibu “Itu karena kamu kuwalat sama Ibu nak”
Ini seolah-olah si ibu menggantikan posisi Tuhan.
Coba si ibu menjawab “Nak, kamu sakit perut mungkin karena kamu jajan sembarangan. Tapi kalau Allah tidak menghendaki kamu sakit, kamu ga akan sakit, Allah akan tambah antobodi kamu. Kamu sakit mungkin Allah ingin menggugurkan dosamu, mungkin kamu ada dosa waktu itu yang perlu dihapus”. “Iya Bu, aku ga ijin sama Ibu, tapi aku ga bohong kan?”. “Iya kamu tidak bohong, makanya Ibu hargai kejujuranmu”.

Kenapa anak suka bohong? Karena jujurpun anak dimarahi. Adakah diskusi yg intens antara orangtua dan anak?Ada model orangtua Top-down, dimana orangtua adalah komandan. Atau orangtua liberal, terserah anak mau melakukan apa, resiko tanggung sendiri.

Jadi sebenarnya masalah manajemen waktu adalah masalah klasik, masalah action. Jadi harus segera action dan fokus, kebanyakan orang Indonesia banyak tahu, tapi tidak tahu banyak. Karena tidak fokus. 

Sumber : Kajian Rutin Pagi Hari
Pembicara : Abah Lilik 08112541400





No comments:

Post a Comment